Nissan Fairlady 350Z tergolong sedan sport coupe yang kencang. Kemudian, Fairlady ini bukan sembarangan lantaran mengusung transmisi manual 6 speed, sesuatu yang menjadi salah satu pembeda. Namun, Adhi Abel Wisesa merasa kurang puas dengan sport car Jepang itu. Anggaran sebesar hampir Rp 120 juta dikeluarkan untuk memenuhi hasrat salah satu biang modifikasi "nyeleneh" di Ibu Kota ini.
Ebel—demikian Adhi biasa dipanggil—mendongkrak tenaga Nissan bikinan 2003 itu menjadi lebih kencang namun street use. "Selain itu, 350Z standarnya sudah berjubah Veilside," tegas pria kelahiran 28 September 1988 ini.
Namun, dengan Veilside yang beraura sporty dan racing tidak membuat pemilik rumah modifikasi Wisesa Motorsport itu nyaman. Body yang gembung susah diajak ngebut. Tak pelak, bodi asli digusur oleh body kit Wald seharga Rp 25 juta yang lebih kalem dengan garis-garis dinamis mengesankan sport car luxury,
kecuali kap mesin menggunakan Varis yang mempunyai lubang 'insang' atau air scoop untuk mencirikan besutan kencang. Diperkuat dengan aksen carbon di permukaannya semakin mengentalkan kesan racing.
Badan pesawat terbang
Untuk mesin, tenaga sebesar 285 dk dinilai Ebel cukup kencang. Ia hanya memperkuat kopling. Supaya pertukaran transmisi lebih presisi, mulai dari per kopling hingga dekrup dipercayakan pada Ogura. Efeknya, injakan pedal kopling lebih ringan dan kuat lantaran materialnya menggunakan bahan karbon.
Sistem gas buang disentuh agar tenaga mesin VQ35DE lebih spontan. Pipa knalpot stainles dari Fujitsubo punya andil besar untuk mendapatkan tenaga di putaran bawah. "Untuk proyek berikutnya, ECU harus diganti punya NISMO," target Ebel.
Sebagai seorang pebalap, Ebel tahu persis kalau bobot kendaraan memengaruhi tenaga. Makanya, keempat roda disematkan velg Volk Racing TE37 asal Jepang yang amat ringan dan tahan banting. Harganya Rp 40 juta dan special edition dengan bahan forged monoblock yang juga diaplikasikan ke badan pesawat terbang. Beratnya enggak beda jauh dengan bayi, sekitar 3,6 kg.
Yang sedikit mengagetkan Ebel adalah saat mengganti setir standar dengan model racing buatan Sparco. Ternyata enggak bisa sembarangan, khususnya yang bertransmisi manual. Ketika diganti dengan setir aftermarket, sinyal ECU tambah 'ngaco'. "Cek engine menyala terus. Jadi, selain harus ganti semua sistem komputer, setirnya juga harus semerek dengan ECU," jelas Ebel.
No comments:
Post a Comment