Kendaraan yang diuji Chevrolet Captiva 2.4L bensin dan Captiva 2.0L Diesel VCD1 yang dilengkapi transmisi Teptronik, Chevrolet Optra Magnum 1.6L (matik) plus satu unit pendukung Chevrolet Estate. Mobil-mobil yang diuji ini bukan gres, seperti Captiva berusia di atas satu tahun yang merupakan demo car yang sebelumnya sudah di tes oleh puluhan media.
Sebagai tenaga penguji, GMAWI mengajak 10 wartawan dari 10 media nasional, termasuk salah satunya kompas.com. Dalam setiap kendaraan diisi 4 orang (termasuk pengemudi), plus dari GMAWI. Dan ini merupakan pengujian untuk kedua kalinya, setelah yang pertama kala launching.
Pengujian tidak ada ketentuan khusus. Metode yang dipakai natural, full to full ke masing-masing kendaraan di SPBU Pertamina Gatot Subroto. Chevrolet Captiva 2.4L bermesin bensin diisi dengan Pertamax dan 2.0L bermesin diesel diisi dengan Bio Diesel, masing-masing memnpunyai kapasitas tangki BBM sebesar 65 liter. Sedangkan Chevrolet Optra Magnum yang diisi Pertamax, memiliki kapasitas 60 liter.
Kecepatan dibebaskan dan tidak ada konvoi. “Wartawan dibiarkan menggunakan karakter mengemudi masing-masing dengan kendaraan yang semua kami bawa bertransmisi otomatis,” ungkap Kiki Fajar, PR & Corporate Communication Manager PT GMAWI.
Lebih lanjut Kiki menjelaskan, pihaknya sengaja membawa produk-produknya untuk diuji kembali tingkat konsumsi BBM-nya oleh para Jurnalis, tak lain ingin membuktikan bahwa produk Chevrolet bukan produk yang boros. “Dalam pengujian yang sudah menjadi tradisi ini, kami menggunakan metode yang natural dan normal 99 persen sesuai dengan kenyataan sehari-hari,” tutup Kiki.
Makanya, rute yang dipilih, Jakarta-Bandung-Ciwidey-Jakarta berjarak sekitar 375 km sudah disesuaikan dengan kondisi sangat mewakili perjalanan keluarga Indonesia. Termasuk start dari Senayan dipilih pukul 16.00 karena saat itu kondisi lalulintas di dalam kota paling macet dan kecepatan mobil sekitar 20 km/jam.
Namun titik nol pengujian dimulai dari pompa bensin Gatot Subroto, di mana semua kendaraan diisi penuh bahan bakarnya. Ketika masuk tol Gatot Subroto menuju Cikampek sampai kilometer 59, lalulintasnya masih padat dengan kecepatan antara 40 km/jam hingga 60 km/jam. Baru masuk tol Cipularang yang kontur jalannya bergelombang, kecepatan mobil bisa digenjot tinggi antara 120 km/jam sampai 160 km/jam.
Masuk pintu tol Pasteur, kami kembali dihadang antrean panjang. Begitu juga ketika menuju obyek wisata Kawa Putih di Ciwidey, sengaja melewati jalur dalam kota yang padat merayap. Sampai di Soreang, rombongan menghadapi jalan sempit, menanjak dan menurun cukup terjal ditambah tikungan tajam berjarak sekitar 30 km sampai Kawah Putih dan naik lagi ke atas ke Rancawilini (lokasi perkebunan the yang indah).
Ketika kembali ke Jakarta, pengisian kedua baru dilakukan ketika tiba di Soreang (mau balik ke Jakarta). Hasilnya, Captiva 2.4L (bensin) mencatat 1 liter menempuh 8,3 km, Captiva Diesel 2.0L, 1 liter sejauh 10,6 km dan Optra Magnum 1 liter sepanjang 9,4 km. Jumlah pemakaian konsumsi yang normal dengan kondisi rute pengujian yang bervariasi.
Termasuk pemakaian AC, trus pengujian tidak dilakukan malam hari, tapi dari pagi hingga sore. Bahkan suhu udara, mulai dari sekitar 35 derajat Celsius sampai di bawah 25 derajat celcius (ketika di Kawah Putih dan Rancawilini).
Bahkan rute dari Soreang, Jawa Barat menuju Jakarta melalui tol Kopo, Cipularang, Cikampek dan dalam kota Jakarta, konsumsi bahan bakar jauh lebih irit. Untuk Captiva 2.4L menempuh 12,2 km untuk 1 liter, Captiva 2.0L Diesel 12,5 km untuk 1 liter dan Optra Magnum menempuh 14 km untuk 1 liter.
Dengan hasil tes ini, konsumen bisa membandingkan dengan produk dari merek lain. Tapi, tentunya dengan metode, kondisi lalu lintas dan karakter mengemudi yang bebas seperti diterapkan di sini.
No comments:
Post a Comment