Harga minyak dunia yang terus melambung pasti menjadi bagian yang melatarbelakangi para praktisi otomotif untuk menciptakan teknologi yang lebih hemat pada kendaraan ciptaan mereka. Satu alternatif teknologi saat ini tengah dipersiapkan. Dengan teknologi mesin hemat energi ini, mesin akan mati secara otomatis saat kendaraan berhenti di lampu lalu lintas.
Kepala Bagian Riset dan Pengembangan Mercedes-Benz Thomas Weber mengungkapkan, sesunguhnya ide ini bukan barang baru. Fitur ini pertama kali dipakai pada Volkswagen Lupo 1.2 L tahun 1999. Sekarang ide ini akan kembali digunakan pada Audi, Mercedes-Benz, dan BMW yang menaruh minat mendalam pada pengembangan fitur tersebut. "Dalam waktu lima tahun ke depan, diharapkan fitur ini akan menjadi standar setiap mobil baru," ungkap Weber.
Mercedes-Benz sendiri baru saja memperkenalkan varian A-class yang disempurnakan dengan fitur ini di Eropa, dan diyakini sejumlah produsen Jerman akan menguntit pergerakan ini. "Dalam pandangan saya, teknologi start-stop ini dapat menjadi basis teknologi seluruh kendaraan. Memang kondisi masing-masing tempat akan berbeda, katakanlah Eropa berbeda dengan Arab Saudi, tapi tetap ini menjadi teknoogi yang paling mudah dan cepat dalam menghemat bahan bakar," kata Weber.
Teknologi ini bekerja dengan menggunakan belt-driven starter generator untuk menggantikan alternator dan starter motor standar. Pada smart micro hybrid drive, Oktober 2008, sistem ini diklaim mampu menghemat penggunaan bahan bakar hingga 19 persen untuk penggunaan di dalam kota.
Dengan sistem yang digunakanMercedes ini, pengendara hanya harus memindahkan posisi persneling ke posisi netral dan menarik rem tangan. Setelah itu, mesin akan padam dengan halus, sementara pada saat yang sama peranti lain, seperti pendingin udara dan perlengkapan entertainment seperti tape dan televisi, akan dialihkan pengoperasiannya dengan baterai.
Mesin akan kembali menyala secara otomatis begitu persneling dimasukkan dan rem tangan dilepas. Sayangnya, teknologi ini belum dapat diterapkan pada kendaraan dengan mesin otomatis.
Kepala Bagian Riset dan Pengembangan Mercedes-Benz Thomas Weber mengungkapkan, sesunguhnya ide ini bukan barang baru. Fitur ini pertama kali dipakai pada Volkswagen Lupo 1.2 L tahun 1999. Sekarang ide ini akan kembali digunakan pada Audi, Mercedes-Benz, dan BMW yang menaruh minat mendalam pada pengembangan fitur tersebut. "Dalam waktu lima tahun ke depan, diharapkan fitur ini akan menjadi standar setiap mobil baru," ungkap Weber.
Mercedes-Benz sendiri baru saja memperkenalkan varian A-class yang disempurnakan dengan fitur ini di Eropa, dan diyakini sejumlah produsen Jerman akan menguntit pergerakan ini. "Dalam pandangan saya, teknologi start-stop ini dapat menjadi basis teknologi seluruh kendaraan. Memang kondisi masing-masing tempat akan berbeda, katakanlah Eropa berbeda dengan Arab Saudi, tapi tetap ini menjadi teknoogi yang paling mudah dan cepat dalam menghemat bahan bakar," kata Weber.
Teknologi ini bekerja dengan menggunakan belt-driven starter generator untuk menggantikan alternator dan starter motor standar. Pada smart micro hybrid drive, Oktober 2008, sistem ini diklaim mampu menghemat penggunaan bahan bakar hingga 19 persen untuk penggunaan di dalam kota.
Dengan sistem yang digunakanMercedes ini, pengendara hanya harus memindahkan posisi persneling ke posisi netral dan menarik rem tangan. Setelah itu, mesin akan padam dengan halus, sementara pada saat yang sama peranti lain, seperti pendingin udara dan perlengkapan entertainment seperti tape dan televisi, akan dialihkan pengoperasiannya dengan baterai.
Mesin akan kembali menyala secara otomatis begitu persneling dimasukkan dan rem tangan dilepas. Sayangnya, teknologi ini belum dapat diterapkan pada kendaraan dengan mesin otomatis.
No comments:
Post a Comment