06 April 2009

Walau Tubuh Besar, Konsumsi BBM Justru Lebih Irit

Konsumsi bahan bakar tidak melulu ditentukan oleh kapasitas mesin. Tidak ada hukum, makin besar kapasitas mesin, makin boros konsumsi bahan bakarnya. Dengan perkembangan teknologi, asumsi tersebut dipatahkan.

Contohnya, Kijang Innova bensin sebagai mobil keluarga yang paling populer di Indonesia. Kendati kapasitas mesinnya 2.000 cc, lebih besar dibandingkan Kijang Kapsul, 1.800 cc, Innova justru lebih irit. Padahal dari segi dimensi, Innova juga lebih besar.

Lho, kok bisa demikian?

Lebih Aerodinamis
Dua faktor utama, bodi Innova lebih aerodinamis dibandingkan dengan Kapsul. Bagian depan Innova lebih landai atau istilah kerennya, streamline, dibandingkan Kapsul. Di samping itu, permukaan bodinya juga lebih rata dan mulus.

Dengan demikian, ketika kendaraan melaju, hambatan angin jadi lebih rendah. Tenaga yang diperlukan untuk bergerak tidak terlalu besar. Alhasil, jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk menggerakkan kendaraan bisa dikurang. Istilah lainnya, konsumsi bahan bakar jadi lebih irit.

Mesin Canggih
Faktor kedua adalah cara kerja atau teknologi mesin plus komponen pemindah daya seperti transmisi. Untuk memasok bahan bakar ke dalam mesin, Innova menggunakan sistem injeksi, sedangkan Kapsul karburator.

Hebatnya lagi, kerja mesin dikontrol oleh komputer. Dengan cara ini, kebutuhan mesin akan bahan bakar diatur sesuai dengan beban kerjanya. Saat lambat atau muatan ringan, jumlah bahan bakar yang dipasok sedikit. Sebaliknya, pada kecepatan tinggi, jumlah bahan bakar yang dipasok lebih banyak.

Bahan bakar dipasok dengan cara menyemprotkannya ke ruang pada katup mesin. Di sini bahan bakar atau bensin dicampur bersama udara yang dihisap oleh mesin. Di dalam mesin, udara dan bensin terus bercampur lebih 'akrab' lagi. Setelah itu, dimampatkan (kompresi), dibakar dengan menyulutnya melalui percikan bunga api yang dihasilkan oleh busi. Kemudian, terjadi ledakan yang mendorong piston dan menggerakan mesin dan selanjutnya dipindahkan ke transmisi dan roda.

Keunggulan sistem injeksi, bensin dipasok ke mesin dengan takaran yang telah ditentukan berdasarkan berbagai kondisi di sekitar mesin. Termasuk banyaknya massa udara yang dihisap mesin, suhu mesin dan berbagai parameternya.

Adapun pada mesin yang masih menggunakan karburator, bensin diisap berdasarkan bukaan katup gas yang dioperasikan melalui pedal gas. Komposisi campuran bisa saja tidak pas dan sulit diatur sesuai dengan kondisi kerja mesin.

Teknologi lainnya pada mesin Innova adalah Variable Valve Timing-Intelligent (VVT-i). Dengan teknologi ini, campuran bensin dan udara yang masuk ke mesin disesuaikan dengan kondisi kerja putaran dan beban mesin.

VVT-i memungkinkan mesin menyedot jumlah campuran udara dan bensin dengan mengatur waktu buka dan tutup katup isap secara optimal dengan memanfaatkan komputer. Udara mengalir ke dalam mesin secara efisien.

Drive by Wire
Bukan hanya itu, menurut Achmad Rizal, Marcomm Manager PT TAM, yang sebelumnya adalah merintis Kijang injeksi, pengembangan teknologi mesin Innova sangat banyak dibandingkan versi sebelumnya.

Dijelaskan, Innova 2007 harus memenuhi standar emisi Euro2. Hal tersebut harus dilakukan karena Kijang Innova juga diekspor dan mengikuti standar emisi internasional.

Sebagai contoh, untuk mengatur putaran mesin atau kerja mesin tidak lagi menggunakan kabel konvensional yang menghubungkan pedal gas dengan throttle body atau katup gas. “Innova sudah menggunakan drive by wire. Di samping itu, satu busi untuk satu silinder. Kemampuan kerjanya jauh lebih efisien. Inilah membuat Kijang Innova jadi lebih irit,” jelasnya.

Bahkan, untuk mengikuti standar Euro2, Innova juga dilengkapi dengan oksigen sensor plus katalis (catalytic converter) untuk mengurangi emisi gas buang. Hasilnya, selain lebih irit, mesin Kijang Innova bensin juga makin ramah terhadap lingkungan.

Masalahnya, menurut insinyur mesin lulusan ITB ini, kekeliruan yang dilakukan pengemudi Kijang adalah kurang memahami cara mengoperasikan pedal dengan sistem drive by wire ini. “Pada tahap awal pedal gas ditekan, reaksi mesin memang lebih lambat dibandingkan yang menggunakan kabel. Namun, begitu sudah bekerja, jadi cepat. Nah, karena agak lambat di awal itu, pengemudi sering menekan ulang pedal gas. Akibatnya, tentu saja pemakaian bahan bakar jadi boros,” terangnya.