27 February 2009

Hyundai i10: Imut-imut, Lincah, dan Irit

Para wartawan, termasuk Kompas mendapat kesempatan mengetes Hyundai i10 sebelum diluncurkan 5 Maret nanti. Tes tidak menggunakan alat ukur, tetapi lebih kepada kesan atau dikenal juga dengan “test by feeling”. Meski begitu, dengan memanfaatkan data yang bisa dicatat, beberapa hasil tes tentu dapat digunakan terutama bagi mereka yang sudah naksir sama ‘i10”.

Hyundai i10, city car yang dikemudikan Kompas menggunakan transmisi manual 5 kecepatan. Menurut panitia, dari 15 unit i10 yang dicoba, hanya dua unit yang menggunakan transmisi otomatis.

Remote Key. Ternyata unit kunci sudah dilengkapi remote control sehingga, untuk membuka pintu, tak perlu lagi menyelipkannya ke lubang kunci di pintu. Begitu juga sebaliknya. Cukup dengan menekan salah satu ikon pada kunci.

Saat pertama masuk ke interior, perhatian tertuju pada warnanya yang cerah. Untuk konsumen Indonesia, dipilihkan two tone: beige hitam. Warna dominan, termasuk jok, adalah beige. Hitam dimanfaatkan sebagai aksentuasi pada bagian tentu, misalnya bagian tengah dasbor, rumah tombol power window, gril AC di bagian tengah dasbor yang juga digunakan untuk audio.

Penampilan jok bagus dan bisa menopang tubuh pengemudi dengan baik. Semua jok, depan dan belakang, dilengkapi dengan head rest atau penahan kepala. Ketika coba menyesuaikan posisi duduk terbaik buat mengemudi, mekanisme pengatur maju mundur jok berada di bawah dan gampang ditemui. Selanjutanya, untuk sandaran, ternyata mekanisme penyetel kemiringan berada di kiri atau sisi dalam samping jok.

Dari perlengkapan utama, hanya kaca spion yang harus dioperasikan secara manual. Pintu ternyata dilengkapi power window, tetapi bukan tipe “one touch”. Artinya, untuk menutup atau membuka habis kaca, tombol harus ditekan terus. Juga ada central lock yang memudahkan pengemudi mengontrol semua pintu.

Setir gampang digerakkan, yang menandakan mobil ini dilengkapi dengan power steeringelectric power steering). Perpindahan gigi berlangsung dengan mulus. Kopling tidak terlalu berat dan mudah dioperasikan. (

Kepadatan Lalu Lintas. Saat berbaur di tengah kemacetan Jakarta di pagi hari, dari Pondok Indah Mall ke tol Kebon Jeruk, dimanfaatkan untuk menguji kegesitan si kecil, imut-imut ini. Kemampuan tersebut mengingatkan Kompas.com saat pertama kali diberi kepercayaan mengetes Hyundai Atos pada tahun 2000. Ternyata, i10 juga seperti pendahulunya itu.

Di jalan tol, kendati masih padat, kami sempat menguji berbagai kemampuan berdasarkan perasaan. Sebagai mobil kecil dengan mesin 1,1 liter, i10 cukup bisa diandalkan. Akselerasi juga oke. Namun, begitu coba menambah kecepatan dari 120 km/jam ke yang lebih tinggi pada gigi 5, mesin terasa mulai kepayahan. Waktu mencapai kecepatan lebih tinggi, akselerasi mulai lambat.

Ketika diparkir di tempat yang sempit, i10 sangat gampang karena dimensinya mungil. Karakter ini yang diandalkan Hyundai agar i10 bisa menjadi mobil kosmopolitan untuk bersaing dengan saudaranya sendiri, Avega, yang berukuran lebih besar.

Meski begitu, dengan tenaga mesin yang terbatas, saat mundur dengan kondisi tempat parkir naik, kemampuan mesin harus diperhatikan. Agar mesin tidak kepayahan atau mati, AC harus dimatikan.

Setelah lepas dari kemacetan, yang dirasakan, kaki kiri yang harus sering menginjak kopling terasa agak pegal. Pasalnya, harus sering pindah gigi (kalau sudah begini, transmisi otomatik memang enak!).

Tes Tanjakan. Wartawan kembali menguji kemampuan lainnya di tol Jakarta-Cikampek- Purwakarta. Cukup menarik, dari Pondok Indah, setelah berputar di Jakarta sampai Cikampek, jarum indikator tangki bensin hanya turun sedikit dari “F”. Padahal, jarak tempuh sudah mencapai 170 km, membuktikan mobil ini irit. Bensin yang baru terpakai belum lima liter karena total kapasitas tangki bensin mobil ini hanya 35 liter.

Rombongan wartawan dibawa menjajal si kecil ini melalui rute luar kota dengan jalan penuh tanjakan dan tinkungan antara Purwakarta dan Subang. Ternyata, i10 bisa mampu melakukan manuver dengan baik, sekalipun permukaan jalan basah.

Pada kecepatan 60 km/jam, putaran mesin 2.800 rpm, gigi 3, mobil i10 enak diajak menanjak dengan isi pengemudi dan penumpang depan. Semua itu berkat torsi maksimum yang diperoleh pada putaran rendah, yaitu 2.800 rpm.

Saat kembali menuju Jakarta dari Bandung melalui Tol Cipularang, Kompas.com mengamati suara yang ditimbulkan oleh ban. Hal itu terasa cukup mengganggu terutama saat meluncur pada kecepatan 100 km/jam. Suara audio kalah atau hilang oleh bising suara dari luar mobil.

Total jarak tempuh tes 453 km. Bensin premium yang masih tersisa pada tangki berkapasitas 35 liter masih ¼ atau sekitar 9 liter. Tepatnya, untuk 453 km membutuhkan 26 liter bensin. Konsumsi bensin rata-rata, 17,4 km/liter. Memang irit! Tidak berbeda jauh dari hasil tes yang dilakukan beberapa media otomotif di India terhadap i10.

Untuk versi transmisi otomotik, saat diamati ketika masih di Lembang, jarum indikator bahan bakarnya ternyata sudah berada di tengah. Kompas.com juga sempat mencoba versi otomatik sebentar. Kesannya sangat oke! sedangkan untuk konsumsi bahan bakar, itu sangat tergantung kepada pengemudinya.

Sebagai referensi, hasil tes yang dilakukan media otomotif di negara asalnya dengan ban 1150/80-R30 sebagai berikut.

Item
Hasil
Akselerasi
0–100 km/jam
15,3 detik
Kecepatan top
km/jam
143
Pengereman
100–0 km/jam
49,8 detik
Konsumsi bahan bakar
Dalam kota
15,4 km/liter
Tol
18,8 km/liter
Catatan dari Kompas : Jangan meninggalkan kunci di dalam mobil ketika mesin hidup. Sekitar 30 detik setelah semua pintu tertutup, door lock bekerja secara otomatis mengunci pintu. Kalau pengemudi ingin keluar dengan kondisi mesin hidup dan pintu ditutup, kaca harus dibuka.

No comments: